Dari Dalam Dirimu
| |
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
lukislah sebuah senyuman di bibirmu
karena itu indah
bak mentari pagi yang memberikan keceriaan hari
laksana langit senja yang pamit menghdirkan ketenangan angkasa dengan bulan dan gemintang
bagi yang memandang
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
rangkailah kata bijak di setiap kalimatmu
karena itu indah
seperti nyanyian burung yang berterbangan di sela dahan
bagaikan kidung serangga pengisi taman malam
bagi yang mendengar
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
eratkanlah sesama di hatimu
karena itu indah
bak tali pemersatu
laksana titian penghubung
bagi sebuah ukhuwah
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
bacalah bentangan semesta raya
karena itu indah
ketika deru ombak berpadu dengan awan berarak
di saat alam bersatu dari kemajemukan raga
bagi yang berpikir
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
satukanlah niat dan kata dalam nyata
karena itu indah
bila lisan sejalan hati
jika hati seiring perbuatan
bagi yang merasa
PujanggA
Hati Tak Bertuan
| |
Ayunan kaki melangkah tanpa tujuan
Menyusuri jalan tanpa kepastian
Berlari
Berhenti
Tak menentu
Mata-mata yang hampir buta
Memandang suram
Terbuka
Terpejam
Meski tak mengerti
Lidah-lidah yang hampir kaku
Berkata tanpa ragu
Berucap
Terdiam
Seakan tahu segalanya
Telinga-telinga yang hampir tuli
Mendengar tiap hari
Segala suara
Tanpa batas
Namun tak berbekas
Langkah-langkah tanpa tujuan
Mata-mata yang memandang kegelapan
Lidah-lidah yang beruap tanpa perasaan
Telinga-telinga yang mendengar dalam ketulian
Dari hati tak bertuan
PujanggA
Terkadang
| |
Terkadang kuinginkan
yang hilang
kan terulang
Terkadang kumau
yang pergi
tuk kembali
Terkadang kuberharap
yang duka
sirna selamanya
Terkadang kubercita
dalam hampa
tanpa kerja
Terkadang kusesali
yang terjadi
menimpa diri
Terkadang kuramaikan suasana
dengan canda tawa
penghapus lara
Terkadang kusunyikan suasana
dalam kebersamaan
dengan kesendirian
Terkadang kutergoda
dan terlena
dalam tipu daya
Terkadang kutancapkan cita
agar berbunga
namun tak kuasa
PujanggA
Yang Berharga Yang Terlupa
| |
Detik demi detik dari masa yang berlalu
akan terus berganti waktu
Kisah demi kisah yang telah pergi
akan tetap hilang dan tak kan kembali
Matahari yang ada di siang ini
esok kan berbeda tak terulang lagi
Rembulan yang ada di malam hari
esok pun kan berganti
Saat ada akan terlupa
ketika berlalu datanglah rindu
Tiada sadar jiwa-jiwa yang alpa
tentang nilai dan harga
ketika segalanya hadir di depan mata
Tersadarlah jiwa-jiwa yang merugi
dengan penyesalan diri
ketika segalanya hilang pergi
Nilai dan harga yang terlupa
harus ditebus saat telah sirna
dengan penyesalan dan harapan sia-sia
bilakah kembali terulang di depan mata
PujanggA
Jikalah Pada Akhirnya
|
Penulis: Azimah Rahayu*
|
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa, Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti. Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa tidak dinikmati saja, Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa. Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa, Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama. Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa, Sedang menahan diri adalah lebih berpahala. Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya, Sedang taubat itu lebih utama. Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya. Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia, Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera. Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti. Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dirasakan sendiri, Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka, Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta. Suatu hari nanti, Saat semua telah menjadi masa lalu Aku ingin ada di antara mereka Yang bertelekan di atas permadani Sambil bercengkerama dengan tetangganya Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu Hingga mereka mendapat anugerah itu. Suatu hari nanti Ketika semua telah menjadi masa lalu Aku tak ingin ada di antara mereka Yang berpeluh darah dan berkeluh kesah: Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja. |
Wahai Hati
|
Wahai diri yang memasung hati
Kulihat ketidak benaran itu
Apakah aku harus diam?
Wahai diri yang memasung hati
Kulihat banyak kebohongan disana
Apakah aku harus bersabar?
Wahai diri yang sudah terpasung hatinya
Mengapa kau tak melihat kebohongan itu?
Mengapa kau tutupi ketidakbenaran itu?
Mengapa kau tutup mata dan menulikan telingamu?
Akankan kau korbankan mereka yang lain
Demi diri yang sudah terpasung hati
Menutup matamu akan kebohongan?
Mematikan hatimu menutupi kebenaran?
Akankah kau matikan lentera hatimu
Demi diri yang sudah terpasung hati
Wahai penggenggam semua hati
Kau tahu..apa yang bergolak dihati ini
Ku tak mampu..membuka kebohongan
Dengan dirinya yang sudah terpasung hati
Wahai penggenggam semua hati
Biarlah hatiku saja yang terlepas dari pasungannya
Biarlah kediaman ini..menjadi penyelamat diri dan hati ini
Karena ku tak mampu..melepaskan pasung
Pada diri yang sudah terpasung hatinya