Air matamu, tak kan mampu hapuskan derita rakyatmu tuan.
Kaki yg seharusnya berpijak,
mengapa tak bisa menapak?
Dosa siapa?
Dosa kami, dosamu atau ?
Sudahlah.
Saat rasa dahaga tak lagi terobati oleh air yg mengalir dibawah tahtamu,
saat itulah ku kan beranjak dari tanahmu.
Kemudian kan ku dirikan sebuah kerajaan alit di kaki langit.
Tahta murni yg kupersembahkan bagi rakyatmu.
Ini kerajaan.
Bukan istana.
:kerjaan alit di kaki langit:
Serba-Serbi
Monday, April 21, 2014
Wednesday, July 24, 2013
Sinonimi (Semantik)
A.
PENDAHULUAN
Secara umum hubungan antara satu makna dan makna yang
lain secara leksikal dibedakan atas sinonim/sinonimi, antonym/antonimi,
penjaminan makna, hipernimi dan hiponim,homonimi, dan polisemi . Selama ini
pembahasan dan analisis tentang makna kurang dikaitkan dengan perpikiran dan
pemikiean manusia pemakai bahasa. Bahasa merupakan sarana perpikiran manusia
secara empiris. Kaitan antara perpikiran dan perbahasaan atau berbahasa dan
berpikir sangat erat atau sama sekali tidak dapat dilepaskan (Parera,2004 :
60-61) . Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa
Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainya dengan kata atau satuan
bahasa lainya lagi (Chaer,
2009: 83).Dalam makalah ini akan
dibicarakan mengenai hubungan atau relasi makna yang menyangkut hal kesamaan makna
(sinonimi) dengan tujuan dapat mendiskripsikan
hubungan relasi makna dalam hal kesamaan makna (sinonimi).
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Sinonimi
Istilah
sinonimi (Inggris: synonomy berasal dari bahasa Yunani Kuno ; onoma
= nama dan syn = dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain utuk benda
yang sama. Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat di
kemukakan. Batasan atau definisi itu ialah: (i) kata-kata dengan acuan ekstra
linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus; (ii)
kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan
kata menyampaikan; dan (iii) kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam
konteks yang sama misalnya “ kami berusaha agar pembangunan berjalan
terus. “, “ kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berupaya
bersinonim dengan kata berusaha (Pateda, 2010: 222-223). Sering dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki
makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar,2010 :
394). Sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat
yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa. Atau secara singkat sinonim adalah
kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi .
Sinonim tidak hanya menolong kita untuk menyampaikan gagasan-gagasan umum
tetapi juga membantu kita untuk mrmbuat pembedaan-pembedaan yang tajam dan
tepat antara makna kata-kata itu ( Tarigan,1993:17).
2. Kemunculan
Sinonimi
Bagaimanapun
juga kehadiran sinonimi perlu diakui dalam analisis semantik. Ini berarti tidak
terdapat dua kata yang maknanya memang merujuk kepada ide atau referen yang
sama persis. Akan teteapi dalam pemakaian bahasa sering dijumpai pula keinginan
pemakai bahasa untuk mengganti satu kata yang lain yang maknanya kurang lebih
mirip sama sebagai variasi atau juga sebagai ciri kebebasan berbahasa.Pertanyaan yang masih perlu dijawab ialah mengapa
muncul sinonimi?
a.
Sinonimi Muncul
antara Kata Asli dan Kata Serapan
Salah
satu ciri serapan ialah serapan kata yang bermakna sama dengan kata bahasa
penyerap. Bahasa Indonesia mengalami proses serapan dengan ciri sinonimi.
Misalnya kata serapan aktifitas bersinonim dengan kegiatan, kata serapan kompetensi
bersinonim dengan kemampuan. Kata-kata
serapan tersebut dipakai secara bergantian dengan kata-kata asli tanpa membawa
perbedaan makna bergantung kepada selera dan pengetahuan pemakai bahasa. Secara
semantic kata-kata tersebut tidak berbeda.
b.
Sinonimi Muncul
antara Bahasa Umum dan Dialek
Serapan
intabahasa terjadi antara dialek dan bahasa-bahasa umum dan bahasa standar. Bahasa
Indonesia yang mengenal beberapa dialek mengalami penyerapan makna sinonimi
intrabahasa. Misalnya, sinonimi antara cabe
dan lombok,kayak dan seperti.
c.
Sinonimi Muncul
untuk Membedakan Kata Umum dan Kata Ilmiah
Pemunculan
sinonim antara kata umum dan istilah ditunjukan untuk memebrikan pembatasan
yang jelas atau definisi terhadap sebuah kata.Kata-kata dalam ilmu
teknik/teknologi dan ilmu kedokteran pada umumnya menghadirkan sinonimi antara
kata umum dan kata istilah. Kata umum contoh
disinonimkan secara istilah sampel.
d.
Sinonim Muncul
antara Bahasa Kekanak-kanakan dan Bahasa Orang Dewasa.
Untuk
memudahkan pemahaman munculah penyinoniman bahasa anak-anak dengan bahasa orang
dewasa. Salah satu ciri bahasa anak-anak ialah pengulangan suku kata. Misalnya papa, mama,mamam,mimi.
e.
Sinonimi Muncul
untuk Kerahasiaan
Untuk
kerahasiaan dapat saja dimunculkan kata-kata rahasia untuk instansi pengamanan
tertentu (intel), dalam profesi, antargeng, dan antar remaja.Misalnya kata bokap, nyokap, bersinonim dengan kata ayah,ibu.
f.
Sinonim Muncul
karena Kolokasi
Sinonimi
muncul karena kolokasi yang terbatas. Suara yang dikeluarkan oleh binatang
dikatakan dengan kata yang berbeda untuk merujuk “bersuara….”. Misalnya kuda meringkik, kucing mengeong. Kata indah dan cantik bahasa Indonesia
sinonimi,tetapi dibatasi kolokasinya. Kata indah
sudah dihubungkan dengan keadaan alam. Sedangkan kata cantik dihubungkan dengan
manusia perempuan (Parera,2004 : 66-67).
Menurut
Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima
cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya
sinonim. Kelima
cara yang dimaksud adalah:
1)
Seperangkat sinonim itu mungkin saja
merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena
dan rika
dalam bahasa Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan kedalam bahasa Indonesia
yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa dialek
Malang. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing kata tersebut
memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan
sebagai sinonim.
2)
Suatu kata yang semula
dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai
pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-beda. Kata bisa
dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan sinonim, dalam
konteks pemakaian Saya nanti bisa datang dan Saya nanti dapat datang tetap
pula dapat dianggap sinonom. Sewaktu berada dalam konteks pemakaian Bisa
ular itu berbahaya, kedua kata tersebut tidak dapat lagi disebut sinonim.
3)
Suatu kata, apabila
ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna
evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya karakteristik tersendiri
meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman
dengan kata lainnya. Bentuk demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan
kata ilmu dan pengetahuan, menamati, dan meneliti serta
antara mengusap dengan membelai. Apabila hal itu terjadi, maka
kata-kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata yang
berdiri sendiri-sendiri.
4)
Suatu kata yang semula
memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi dengan minuman,
kencup dengan kembang, maupun pohon dengan batang,
seringkali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masingya dianggap
memiliki kesinoniman. Hal itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata
tersebut jelas masih memiliki ciri makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian
yang tumpang tindih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.
5)
Akibat kekurangtahuan
terhadap nilai makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk
kebahasaan yang berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim, misalnya antara
bentuk kembali ke pangkuan ilahi dengan meninggalkan dunia kehidupan,
antara merencanakan dengan menginginkan, serta antara gambaran
dengan bayangan.
Cara
lain untuk membeda-bedakan kata-kata yang bersinonim adalah dengan menatanya
dalam sebuah jajaran, di mana makna dan overtone pembedaannya akan tampak
dengan kontras. Misalnya deretan kata yang berarti “keluar”, yakni :
terbit, timbul, muncul,menyembul,keluar,nonggol, lahir (Ullman, 2009 :179).
3. Faktor
Penyebab Ketidakmungkinan Menukar Sebuah Kata yang Bersinonim
Kesinoniman makna atau
kesinoniman simetris memang tidak ada dalam pembendaharaan kata bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, kata-kata yang dapat dipertukarkan begitu saja pun
jarang ada. Pada suatu tempat kita mungkin dapat menukar kata kata mati
dan kata meninggal; tetapi ditempat lain tidak dapat.
Ketidakmungkinan
kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim adalah banyak
sebabnya. Antara lain, karena ;
1. Faktor
waktu
Misalnya
hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, keduanya tidak
mudah dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno,
klasik, atau arkais. Sedangkan kata komanda hanya cocok untuk situasi masa kini
(modern).
2. Faktor
tempat atau daerah
Misalnya
kata saya dan beta adalah bersinonim. Tetapi kata beta hanya
cocok untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa Indonesia Timur (Maluku);
sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum di mana saja.
3. Faktor
sosial
Misalnya
kata aku dan saya adalah dua buah kata yang bersinonim; tetapi
kata aku hanya dapat di gunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat di
gunakan kepada orang yang lebih tua atau yang status sosialnya lebih tinggi.
4. Faktor
idang kegiatan
Misalnya
kata tasawuf, kebatinan, dan mistik adalah tiga buah kata yang
bersinonim. Namun, kata tasawuf hanya lazim dalam agama islam; kata kebatinan
untuk yang bukan islam; dan kata mistik untuk semua agama.
5. Faktor
nuansa makna
Misalnya
kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan mengintip adalah kata yang
bersinonim. Kata melihat memang bisa digunakan secara umum; tetapi kata melirik
hanya digunakan untuk menyatakan melihat dengan sudut mata; kata melotot
hanya digunakan untuk melihat dengan mata terbuka lebar; kata meninjau
hanya digunakan untuk melihat dari tempat jauh atau tempat tinggi; dan kata mengintip
hanya cocok digunaka untuk melihat dari celah yang sempit (Chaer, 2009: 86-87).
4. Perbedaan
antara Makna Sinonimi
Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi
antara kata-kata yang bersinonimi.
a.
Perbedaan Makna
Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Implikasi (Webster, dalam buku Parera,
2004:68)
Perbedan makna sinonimi dapat diakibatkan oleh
perbedaan suatu implikasi dapat dilihat
dari kata remeh dan sepele yang merujuk kepada “sesuatu yang
tidak penting”. Namun kedua kata tersebut memiliki perbedaan yaitu kata sepele yang berimplikasi positif,
sedangkan makna remeh yang
berimplikasi negatif.
b.
Perbedaan Makna
Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Aplikasi ((Webster, dalam buku Parera,
2004:68)
Perbedaan makna tersebut dapat dilihat dari perbedaan
aplikasi antara kata nikmat, enak dan
lezat. Kata nikmat dikenakan pada makanan, minuman , kehidupan, atau semua yang
dapat memberikan kesenangan. Sedangkan kata enak
dan lezat hanya dikenakan pada makanan dan minuman.
c.
Perbedaan antara
Makna Sinonimi Didasarkan pada Kelebihluasan Cakupan Makna yang Satu dari yang
Lain (Webster, dalam buku Parera, 2004:69)
Perbedaan makna tersebut dapat dilihat pada kata mengerti dan memahami. Perbedaan ini dapat diuji bahwa seseorang dapat mengerti
perkataan orang, tetapi belum tentu dia dapat memahami perkataan orang
tersebut.
d.
Perbedaan antara
Makna Sinonimi Didasarkan pada Asosiasi yang Bersifat Konotasi (Webster, dalam
buku Parera, 2004:69)
Ciri perbedaan antara dua atau lebih kata yang
bersinonimi yang didasarkan pada asosiasi konotatif terletak pada ciri konotasi
posotif dan negatif. Makna kata rekam,
merekam, rekaman, dan sadap,
menyadap, sadapan (pengambilan suara atau bunyi dengan bantuan pita dan
alat elektronik) terletak pada konotasi positif dan negatif. Rekam, merekam, rekaman bersifat positif
dan lebih netral, sedangkan sadap,
menyadap, sadapan cenderung bersifat negatif.
e.
Perbedaan antara
Sinonimi Berdasarkan Sudut Pandang (Webster, dalam buku Parera, 2004:69)
Perbedaan antara makna sinonimi sudut dan segi didasarkan
pada sudut pandang, Bentuk sudut dan segi yang dirujuk sama, tetapi bentuk
sudut dilihat dari dalam dan segi dilihat dari luar. Penyebutan segi tiga didasarkan pada pandangan dari
luar, sedangkan sudut dipandang dari
dalam. Misalnya sebuah segi tiga mempunyai tiga
sudut.
Di
dalam beberapa buku pelajaran bahasa sering dikatakan bahwa sinonim adalah
persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan ini jelas kurang
tepat sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonimpun bukan hanya
kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan bahasa
lainnya. Perhatika contoh berikut!
a.
Sinonim antara morfem
(bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia dengan nya,
antara saya dengan ku dalam kalimat
1. Minta
bantuan dia
Minta
bantuannya
2. Bukan
teman saya
Bukan
temanku
b.
Sinonim antara kata
dengan kata seperti antara mati dengan meninggal; antara buruk
dengan jelek; antara bunga dengan puspa, dan sebagainya.
c.
Sinonim antara kata
dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara meninggal dengan tutup
usia; antara hamil dengan duduk perut; antara pencuri
dengan tamu yang tidak diundang; antara tidak boleh tidak dengan harus.
d.
Sinonim antara frase
dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua; antara meninggal
dunia dengan berpulang ke rahmatullah; antara mobil baru
dengan mobil yang baru. Malah juga antara baju hangat dengan baju
dingin.
e.
Sinonim antara kalimat
dengan kalimat. Seperti adik menendang bola dengan Bola ditendang
adik. Kedua kalimat ini pun dianggap bersinonim, meskipun yang pertama
kalimat aktif dan yang kedua kalimat pasif (Chaer,2009 : 87-88).
Akhirnya,
mengenai sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tidak semua
kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras, salju,
batu, dan kuning, tidak mempunyai sinonim. Kedua, ada kata-kata yang bersinonim
pada bentuk dasar tetapi tidak dalam bentuk jadian. Misalnya kata benar dengan
kata betul, tatapi kata kebenaran tidak bersinonim dengan kata kebetulan.
Ketiga, ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada entuk dasar tetapi
memiliki sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai
sinonim tetapi kata menjemur ada sinonimnya, yaitu mengeringkan; dan berjemur
bersinonim dengan panas. Keempat, ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya”
tidak mempunyai sinonim, tetapi dalam, arti “kiasan” justu mempunyai sinonim.
Misalnya kata hitam dalam makna “sebenarnya” tidak ada sinonimnya, tapi dalam
arti “kiasan” ada sinonimnya, yaitu gelap, mesum, buruk, jahat, dan tidak
menentu (Chaer, 2009: 88).
C.
KESIMPULAN
Sering
dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya
bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar,2010 : 394). Munculnya sinonimi disebabkan
oleh beberapa hal yaitu sinonimi muncul antara kata asli dan kata
serapan,sinonimi muncul antara bahasa umum dan dialek,sinonimi muncul untuk
membedakan kata umum dan kata ilmiah,sinonim muncul antara bahasa
kekanak-kanakan dan bahasa orang dewasa., sinonimi muncul untuk kerahasiaan,
sinonim muncul karena kolokasi (Parera,2004 : 66-67).
Menurut
Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima
cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud
adalah: (1) Seperangkat sinonim itu mungkin saja
merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda, (2) Suatu kata yang semula
dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai
pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-beda,(3) Suatu kata, apabila
ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna
evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya karakteristik tersendiri
meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman
dengan kata lainnya,(4) Suatu
kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi
dengan minuman, kencup dengan kembang, maupun pohon
dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang tindih karena
masing-masingya dianggap memiliki kesinoniman,(5) Akibat kekurangtahuan terhadap nilai
makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk kebahasaan yang
berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim.
Ketidakmungkinan
kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim adalah banyak
sebabnya. Antara lain, karena faktor
waktu,faktor tempat atau daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor
nuansa makna (Chaer, 2009: 86-87). Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi antara
kata-kata yang bersinonimi yaitu Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh
Perbedaan Implikasi , Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan
Aplikasi , Perbedaan antara Makna Sinonimi Didasarkan pada Kelebihluasan
Cakupan Makna yang Satu dari yang Lain, Perbedaan antara Makna Sinonimi
Didasarkan pada Asosiasi yang Bersifat Konotasi , dan Perbedaan antara Sinonimi
Berdasarkan Sudut Pandang (Webster, dalam buku Parera, 2004 :68-69).
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin.1985. Semantik.Bandung
: Sinar Baru Algensindo
Chaer,Abdul.2009.Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta
Parera,J.D.2004.Teori
Semantik.Jakarta:Erlangga
Pateda,Mansoer.2010.Semantik Leksikal.Jakarta:Rineka Cipta
Tarigan,Henri Guntur.1993.Pengajaran Semantik.Bandung:Angkasa
Ullman, Stephen.2009.Pengantar Semantik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Verhaar,J.W.M.2010.Asas-Asas
Linguistik Umum.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Tuesday, April 2, 2013
Hikayat Mahabarata
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hikayat
yaitu cerita kuna sejenis roman bahasa melayu yang penuh dengan khayal. Isinya
menceritakan kehidupan putera raja yang gagah perkasa beserta putri yang cantik
molek. Biasanya juga dimulai dengan menceritakan nenek moyang mereka yang berasal dari dewa-dewa dari kayangan.
Lukisan peristiwa-peristiwa dipentingkan, dan diceritakan secara mengagumkan
berhubungan dengan kesakitan dan pengalaman-pengalam yang penuh bahaya. Pada
umumnya berakhir dengan pertemuan antara putra raja dengan kekasihnya, yang
setelah kawin lalu memerintah kerajaan yang makmur. Dalam hikayat banyak
mengandung anasir asing yang dijalinkan, sehingga terdapat lukisan kemelayuan,
dewa-dewa hindu, dan nabi-nabi Islam.[1] .
Misalnya saja hikayat Mahabarata, Hikayat Ramayana, Hikayat Sri rama dan masih
banyak lagi.
Dalam
makalah ini akan dibahas tentang Hikayat Mahabarata:Epos India dalam
kesusastraan melayu lama.
B.
Rumusan
Masalah
1. Siapakah pengarang cerita Mahabarata?
2. Ulaskan secara singkat cerita Mahabarata?
3. Bagaimana silsilah keluarga Bharata?
4. Jelaskan bagian-bagian cerita Mahabarata?
5. Apa pengaruh cerita Mahabara bagi bangsa Indoesia?
6. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam cerita
Mahabarata?
C.
Tujuan
1. Mengetahui siapa pengaran cerita mahabarata.
2. Mengetahui secara ringkas cerita Mahabarata
3. Mampumengetahui silsilah keluarga Bharata
4. Mampu memahami bagian-bagian yang terdapat dalam cerita
Mahabarata.
5. Mampu mengetahui pengaruh cerita Mahabarata pada bangsa
Indonesia.
6. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita
Mahabarata.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengarang
dan Sejarah Hikayat Mahabarata
Menurut pendapat umum wiracarita ini dikarang oleh
seorang pendeta bernama Wyasa. Tetapi oleh ilmu sejarah pendapat itu tak dapat
dibenarkan, karena mengingat:
a.
Pertumbuhan wiracarita ini kurang lebih 800
tahun (dari 400 s.M sampai 400 M).
b.
Besar
wiracarita ada 100.000 seloka (seloka ialah sajak dua baris seuntai dan tiap
baris terdiri dari 16 suku kata).
Oleh
karena itu sukar untuk menyatakan dengan pasti bahwa Wyasa itu penciptanya.
Mungkin Wyasa itu hanya penyusun saja. [2]Dikatakan
pula, Wyasa itu nenek dari kaum Kurawa dan Pandawa; yang kurang masuk akal bila
usianya sampai 800 tahun. Kesimpulan terakhir yang dapat diambil adalah Wyasa
sebagai compulator (pengumpul) . Nama lengkap compulator tersebut ialah Wyasa
Krisna Dwipayana.[3]
Buku
yang disusun oleh Wyasa dan merupakan sebuah epos/wiracerita, yakni cerita
tentang kehidupan pahlawan, yang pertumbuhannya dan perkembangannya berlangsung
kira-kira 800 tahun, yakni dai tahun 400 sebelum Masehi hingga tahun 400
sesudah masehi. Epos Mahabarata terdiri atas 100.000 seloka (tiap seloka
terdiri atas dua baris dan tiap baris terdiri atas 16 suku kata) dan terbagi
atas 18 jilid (parwa), sehingga mahabarata dinamai pula Astadasaparwa. Epos Mahabarata mula-mula disadur ke dalam bahasa
Jawa pada tahun 1000, yakni zaman pemerintahan raja Darma wangsa; baru kemudian
pada abad ke-15 disadur ke dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi.[4]
Nama lengkap buku itu sebetulnya : Mahabarata Yuddha. Mahabarata berbahasa
Indonesia dikeluarkan oleh Balai Pustaka.[5]
B.
Sinopsis
Mahabarata
Kerajaan Astinapura
diperintah oleh Santanu. Sewaktu akan kawin dengan Satyawati, Bhisma bersumpah
tidak akan kawin-kawin. Dari perkawinan raja dengan Saryawati lahir
Wicatrawirya dan Citrarangga yang keduanya mati muda. Satyawati minta supaya
Bhisma bersedia kawin dengan Ambika (istri saudara tirinya), tetapi ditolaknya demi janjinya dulu. Dalam perkawinanya
mula-mula Satyawati lahirlah Vyasa. Akhirnya Vyasah yang kawin dengan Ambika
dan Ambilika. Dari Ambilika lahir putra yang dinamai Destarasta
(buta). Dari Ambilika putranya pandu. Karena abangnya buta, Pandulah yang menjadi raja. Setelah
pandu meninggal Destarastralah yang mendidik anak-anak Pandu, yaitu Yudistira,
Bhisma, dan Arjuna (ketiga anak pandu dengan Kunti), Nakula dan Sadewa (kedua
anak Pandu dengan Madri); disamping mendidik anak-anaknya yang beratus orang
itu. Sebagai pendidik anak-anak tersebut Destrarastra menyerahkan tugas itu
kepada Durna (mamak Kurawa). Kurawa, yaitu nama keluarga untuk anak-anak
Destarastra, sedangkan Pandawa adalah nama keluarga untuk keturunan Pandu.
Durna nampaknya menganaktirikan Pandawa. Sebab itu Pandawa melaporkanya kepada
Destarata, berkali-kali penjudian diadakan untuk menentukan siapa yang harus
memiliki kerjaan ngastinapura. Karna dalam perjudian Kurawa selalu mendapat
isyarat dari Durna, selalulah Kurawa yang menang. Akibatnya Kurawalah yang
memiliki ngastinapura dam Pandawa harus dibung ke dalam hutan. Di dalam hutan itu
pandawa memuat pondok. Atas perintah Duryudana pondok mereka dibakar, tetapi
Pandawa dapat menyelamatkan diri. Dalam
pada itu Pandawa kesasar ke suatu negri yang sedang mengadakan sayembara untuk
memilih menantu raja. Siapa yang bisamenembus sampai empat puluh buah daun
lontar, dialah yang diambil sebagai menantu. Kebetulan Pandawalah yang bisa dan
dia diambil menjadi menantu raja. Terbetiklah berita ini kepada Kurawa, lalu
diserangnya kerajaan Pandawa. Tetapi apa lacur si penyerang mengalami kekalahan. Pandawa akhirnya
merebut haknya atas kerajaan ngastinapura. Terjadilah pertempuran hebat di
padang Kuruksetra. Pandawa dibantu oleh Kresna (penjelmaan Wisnu). Disini
terjadi dialok antara Kresa sebagai guru dan Arjuna sebagai murid, yang sangat
banyak mengandung filsafat kehidupan. Inilah bahagian mahabarata yang paling
indah. Arjuna pada mulanya ragu-ragu, kemudian bangkit lagi semangatnya. Banyak
orang bertangisan melihat korban akibat keganasan perang dan akhirnya timbulah
penyesalan. Pahlawan-pahlawan yang telah gugur semuanya dibakar. Sebulan
lamanya mereka membersihkan diri. Yudistira menolak tawaran untuk menjadi raja
dan dia sendiri meminta Arjuna bersedia menjadi raja, tetapi Arjuna menolak.
Akhirnya Yudistira menjadi raja dan kembalilah Pandawa memegang pemerintahan.
Mereka sudah pernah mendapat wejangan soal kebatinan dan kewajiban raja.
Kemudian diadakan selamatan asuameda, kerajaan tambah luas. Silih berganti
pembesar-pembesar pergi bertapa ke hutan dan tahta kerajaan diserahkan kepada
Pariksit (putra Abimayu). Akhirnya sebatangkaralah Yudistira, karena semua
saudara habis meninggal. Yudistira dijemput bersama anjingnya ke surga.
Yudistira langsung di bawah ke Indraloka. Pandawa setelah mengalami persucian
lalu masuk ke surga. Kurawa dari surga di masukan ke neraka dalam jangka waktu
yang tidak ditentukan. [6]
C.
Silsilah
Keluarga Bharata
Dewi
Gangga + Syantanu + Setyawati + Parasyara
Bhisma Wyasa
Ambika + Citarnggada + Ambika Ambika + Wicitrawira +
Ambalika
( meninggal) ( meninggal)
Ambalika + Wyasa + Ambika
Widura
Drestarastra
+ Gandri
Dewa Surya + Kunti + Pandu +
Madrim
100
Kurawa
Karna 1. Yudistira (dari
Dewa Brahma) 4. Nakula
2.
Bhima ( dari 5. Sadewaa
Dewa Wayu)
3.
Arjuna ( dari
Dewa Indra)[7]
D.
Bagian-Bagian
Mahabarata
Cerita Mahabarat
yang besarnya 100.000 seloka itu terbagi dalam 18 bagian, yang tiap-tiap bagian
disebut parwa.
1. Adiparwa
Menceritakan kehidupan Pandawa dan Kurawa pada waktu
masih anak-anak.
2. Sabhapaarwa
Menceritakan perjudian Yudhistira yang mempertaruhkan
negerinya sehingga kalah.
3. Wanaparwa
Isinya menceritakan pengembaraan Pandawa selama dua belas
tahun dalam hutan setelah dikalahkan oleh Kurawa dalam perjudian yang dilakukan
secara curang
4. Wirataparwa
Isinya menceritakan penghambatan diri Pandawa di istana
dengan menyamar.
5. Udyogaparwa
Isinya menceritakan usaha perundingan kresna dengan
Kurawa, tetapi gagal.
6. Bismaparwa
Isinya menceritakan pertempuran selama sepuluh hari yang
pertama dalam perang baratayuda antara Pandawa dan Kurawa yang dipimpin oleh
Bisma. Bisma kemudian gugur dalam pertempuran itu oleh Srikandi.
7. Dronoparwa
Isinya menceritakan peperangan pada hari kesebelas sampai
pada hari yang ke limabelas. Dalam pertempurannya itu Drona tewas.
8. Karnaparwa
Isinya menceritakan gugurnya Gatokaca oleh Karna dengan
senjata kunta dan gugurnya arna oleh Arjuna dengan senjata pasopati
9. Salyaparwa
Isinya menceritakan pertempuran terakhir pada hari yangt
ke delapan belas. Dalam pertempuran itu raja Salya yang menjadi panglima Kurawa
gugur kena senjataYudhistira yang bernama kalimasada. Peperangan berahir dengan
kemenangan di pihak Pandawa.
10. Sauptikaparwa
Isinya menceritakan serangan pada malam hari yang
dilakukan eluarga Kurawa secara tiba-tiba sehingga menewaskan seluruh keluarga
Pandhawa, kecuali kelima orang Pandawa, Kresna dan Draupadi.
11. Striparwa
Isinya menceritakan ratap tangis kaum puteri melihat dan
mengenang malapetaka yang telah terjadi akibat baratayuda.
12. Santiparwa
Isinya menceritakan cerita sisipan pula yang tidak ada
hubungannya dengan cerita induk.
13. Anucasanaparwa
Isinya menceritakan cerita sisipan pulayang diambil dari buku-buku
kaum brahma.
14. Acwamedikaparwa
Isinya menceritakan Yudhistira mengadakan persembahan
kurban kuda setelah selesai baratayuda.
15. Acramawasikaparwa
Isinya menceritakan hal Destarastra yang karena
kekecewaan hatinya bertekad meninggalkan kerajaan untuk memulai hidup bertapa
di hutan.
16. Mauslaparwa
Isinya menceritakan kejadian di kerajaan Dwarawati.
Samba, anak laki-laki kresna, berpura-pura hamil, kemudian berusaha
mendatangkan dewa untuk menanyakan apakah anak yang dikandungnyaakan melahirkan
laki-laki atau perempuan. Mendengar pertanyaan itu dewa menjadi marah karena
merasa dipermainkan. Kemudian dewa menjawab bahwa Samba tidak akan melahirkan
manusia, tetapi akan melahirkan gada (tongkat besi) yang akan menghancuran dan
memusnahkan rakyat Dwarawati. Karena itu setelah gada lahir,gada itu di
lumatkan dan rakyat beramai-ramai membuangnya ke laut, yang menyebabkan air
laut menjadi beracun. Pada waktu rakyat Dwarawati berpesta di tepi pantai,
merea menjadi mabuk karena minum air laut. Dalam keadaan mabuk itu mereka
saling berpukul, yang mengakibatkan kematian dan habisnya rakyat kerajaan
Dwarawati. Melihat kemusnahan rakyatnya, Kresna yang menjadi raja Dwarawati
menajdi bersedih hati kemudian bertekad
mengundurkan diri dari kerajaan, kembali sebagai dewa Wisnu.
17. Mahaprastanikaparwa
Isinya menceritakan suasana Pandawa bersama –sama
Draupadi memasuki hutan menuju surga. Dalam perjalanan itu Draupadi meninggal
karena terlalu mencintai Arjuna. Kemudian meninggal pula Sahadewa karena
kecongkakanya, yang disusul Nakula. Setelah itu Arjuna meninggal. Werkodara pun
meninggal karena terlalu besar mulut dan tak pandai menimbang rasa, akhirnya
tinggalah Yudistira bersama anjingnya yang masih hidup. Dengan pertolongan dewa
Indera, ia pun dapat masu surga, kecuali anjingnya. Tetapi Yudistira tidak mau
berpisah dengan anjingnya, akhirnya anjing itu menjelma menjadi dewa Darna. Atas
kejujuran Yudistira itulah akhirnya dewa Darma berkenan menghidupkan
adik-adiknya kembali, mereka itu akhirnya masuk surga.
18. Swargarohanaparwa
Menceritakan kehidupan Pandawa di surga. [8]
E.
Mahabarata
di Indonesia
1. Mempunyai pengaruh besar terhadap kepercayaan Indonesia
lama di Jawa
a. Pahlawan-pahlwan di dalam mahabarata diidentikan dengan
roh nenek moyang bangsa Indonesia.
b. Cerita Mahabarata dipergelarkan dengan wayang kulit, yang
disebut wayang purwa.
c. Tokoh-tokoh dalam wayang purwa menjadi polaerwatakan
orang-orang Jawa.
d. Untuk lakon Bharatayudha tidak dapat mendapatkan
perhatian, karena menurut keperayaan orang-orang Jawa hanya membawa bencana
saja.
2. Oleh karena Mahabarata bukan hanya buku cerita saja dan
juga dipandang sebagai itab agama, maka kita ini i Indonesia mendapat perhatian
sepenuhnya, terbukti:
a. Pada zaman pemerintahan Dharmawangsa sekitar tahun 1000
diadakan penyalinan bagian-bagian Mahabarata ke dalam bahasa Jawa-Kuna dalam
bentuk prosa
b. Episode-episode dalam Mahabarata banyak yang diubah
menjadi kitab kekawin (=syair dalam bahasa Kawi dalam irama India), diantaranya:
1.
Arjuda
Wiwaha
Digubah oleh Empu Kanwa pada zaman pemerintahan Erlangga abad
XI.Menceritakan Arjuna ketika bertapa dan dimintai tolong oleh paa dewa untuk
membunuh raja raksasa bernama Niwatakawaca.
·
Dalam
wayang dinamakan lakon Mintaraga.
·
Telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Drs.Purbacaraka yang kemudia
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sanusi pane.
·
Telah
dipahatkan dan menjadi hiasan candi-candi di Jawa timr, ialah : Candi Surawana,
Candi Kedaton, Candi Jago atau Tumpang dan goa Salamangleng.
2.
Bharat-Yudha
Gubahan Empu Sedha pada zaman pemerintahan Prabu Jayabaya
di Kediri (tahun 1135-1157), yang penyelesaianya dilanjutkan oleh Empu Panulah,
menceritakan peperangan besar di kuru sietra antara Pandawa melawan Kurawa.
3.
Gathotkacasraya
Digubah oleh empu Panuluh pada zaman pemerintahan Praujayakreta (diduga
pengganti Jayabaya) di Kediri.Isinya menceritakan pertolongan Gatotkaca kepada
Abimayu yang ingin mengawini Siti Sundari yang telah bertunangan dengan Laksana
Kumara ( putera dari Hastina).
4.
Bhoma-Kawya
Bilamana dan olh siapa Kawya itu digubah tidak jelas.
Drs.Vander Tuuk menyangkanya sejaman dengan kitab Semaradahana. Isinya
meneceritakan peperangan antara prabu Kresna dengan sang Bromah.
c. Dalam kesusastraan melayu, juga terdapat kitab-kitab yang
berhubungan dengan kitab Mahabarata sebgai pengaruh kesusastraan Jawa, yaitu:
1. Hikayat sang Bhoma ( Saduran dari Bhoma Kawya)
2. Hikayat Pandhawa Lima atau hikayat panca kelima ( Saduran
dari Gatotkacacasraya dan Arjuna Wiwaha).
3. Hikayat perang pandawa jaya (Sanduran dari
Bhaharata-Yudha)[9]
F.
Nilai-Nilai
yang Terdapat dalam Mahabarata
1. Setiap janji haruslah ditepati.Bhisma sedemikian erat
hubungannya dengan ayahnya dan demi janjinya bersedia tidak akan kawin-kawin
selama hayatnya.
2. Sifat-sifat menghasut dan memecah belah seoperti seperti
sifat Durma adalah sifat-sifat yang tidak baik. Bagaimanapun dia berusaha
mempertahankan kebatilan namun kebatilan itu akan hancur juga.
3. Janganlah bimbang dalam menghancurkan musuh-musuh yang
sudah pasti melanggar kebenaran, karena kebenaran akan menang juga.
4. Tabahlah dalam memperjuangkan cita-cita.
5. Perjuangan menegakan kebenaran pasti menang, walaupun
untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama.
6. Orang yang memperjuangkan kebaikan akan menerima balasan
surga, sedangkan orang yang berbuat kejahatan akan menerima neraka (siksaan). [10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cerita Mahabarata merupakan salah satu karya sastra yang
diterjemahkan/ disadur ke dalam Bahasa Melayu/Indonesia. Pengarang cerita
tersebut, sampai saat ini belum jelas, ada yang mengataan bahwa pengarangnya
adalah Wyasa.Namun, ternyata Wyasa bukanlah penulis cerita tersebut, melainkan
sebagai Compulator (pengumpul). Hikayat Mahabrata menceritakan silsilah keluaga
Brahata dan rangkaian cerita-cerita Brahata yang berkisar antara Kurawa dan
Pandawa di Kuru-Ksetra, karena merebutkan warisan berupa negara Hastina. Di
dalamnya juga memuat ajaran-ajaran mengenai keagamaan, kesusilaan, hukum,
filsafat, pahlawan, dsb.
B.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetarno.1982.Peristiwa
sastra Melayu Lama.Surakarta:Widya Duta.
Hatta
Bakar.1982.Sastra Nusantara.Jakarta Timur;Ghalia Indonesia.
Wirjosoedarmo,Soekarno.Sastra
Indonesia Klasik.Surabaya;Sinar Wijaya.
[1]
Soetarno,1982,Peristiwa sastra
Melayu Lama,Surakarta:Widya Duta, hlm 50
[2]Soetarno.1982.Peristiwa sastra Melayu Lama.Surakarta:Widya
Duta, hlm 76
[3] Hatta Bakar.1982.Sastra Nusantara.Jakarta
Timur;Ghalia Indonesia, hlm 70
[4] Wirjosoedarmo,Soekarno.Sastra Indonesia
Klasik.Surabaya;Sinar Wijaya,hlm 35
[5] Hatta Bakar.1982.Sastra Nusantara.Jakarta
Timur;Ghalia Indonesia, hlm 70
[6]Hatta
Bakar.1982.Sastra Nusantara.Jakarta Timur;Ghalia Indonesia, hlm 70-72
[7]Soetarno.1982.Peristiwa sastra Melayu
Lama.Surakarta:Widya Duta, hlm 77
[8]Wirjosoedarmo,Soekarno.Sastra
Indonesia Klasik.Surabaya;SinarWijaya,hlm 37-40
Subscribe to:
Posts (Atom)