A.
PENDAHULUAN
Secara umum hubungan antara satu makna dan makna yang
lain secara leksikal dibedakan atas sinonim/sinonimi, antonym/antonimi,
penjaminan makna, hipernimi dan hiponim,homonimi, dan polisemi . Selama ini
pembahasan dan analisis tentang makna kurang dikaitkan dengan perpikiran dan
pemikiean manusia pemakai bahasa. Bahasa merupakan sarana perpikiran manusia
secara empiris. Kaitan antara perpikiran dan perbahasaan atau berbahasa dan
berpikir sangat erat atau sama sekali tidak dapat dilepaskan (Parera,2004 :
60-61) . Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa
Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainya dengan kata atau satuan
bahasa lainya lagi (Chaer,
2009: 83).Dalam makalah ini akan
dibicarakan mengenai hubungan atau relasi makna yang menyangkut hal kesamaan makna
(sinonimi) dengan tujuan dapat mendiskripsikan
hubungan relasi makna dalam hal kesamaan makna (sinonimi).
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Sinonimi
Istilah
sinonimi (Inggris: synonomy berasal dari bahasa Yunani Kuno ; onoma
= nama dan syn = dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain utuk benda
yang sama. Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat di
kemukakan. Batasan atau definisi itu ialah: (i) kata-kata dengan acuan ekstra
linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus; (ii)
kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan
kata menyampaikan; dan (iii) kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam
konteks yang sama misalnya “ kami berusaha agar pembangunan berjalan
terus. “, “ kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berupaya
bersinonim dengan kata berusaha (Pateda, 2010: 222-223). Sering dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki
makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar,2010 :
394). Sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat
yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa. Atau secara singkat sinonim adalah
kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi .
Sinonim tidak hanya menolong kita untuk menyampaikan gagasan-gagasan umum
tetapi juga membantu kita untuk mrmbuat pembedaan-pembedaan yang tajam dan
tepat antara makna kata-kata itu ( Tarigan,1993:17).
2. Kemunculan
Sinonimi
Bagaimanapun
juga kehadiran sinonimi perlu diakui dalam analisis semantik. Ini berarti tidak
terdapat dua kata yang maknanya memang merujuk kepada ide atau referen yang
sama persis. Akan teteapi dalam pemakaian bahasa sering dijumpai pula keinginan
pemakai bahasa untuk mengganti satu kata yang lain yang maknanya kurang lebih
mirip sama sebagai variasi atau juga sebagai ciri kebebasan berbahasa.Pertanyaan yang masih perlu dijawab ialah mengapa
muncul sinonimi?
a.
Sinonimi Muncul
antara Kata Asli dan Kata Serapan
Salah
satu ciri serapan ialah serapan kata yang bermakna sama dengan kata bahasa
penyerap. Bahasa Indonesia mengalami proses serapan dengan ciri sinonimi.
Misalnya kata serapan aktifitas bersinonim dengan kegiatan, kata serapan kompetensi
bersinonim dengan kemampuan. Kata-kata
serapan tersebut dipakai secara bergantian dengan kata-kata asli tanpa membawa
perbedaan makna bergantung kepada selera dan pengetahuan pemakai bahasa. Secara
semantic kata-kata tersebut tidak berbeda.
b.
Sinonimi Muncul
antara Bahasa Umum dan Dialek
Serapan
intabahasa terjadi antara dialek dan bahasa-bahasa umum dan bahasa standar. Bahasa
Indonesia yang mengenal beberapa dialek mengalami penyerapan makna sinonimi
intrabahasa. Misalnya, sinonimi antara cabe
dan lombok,kayak dan seperti.
c.
Sinonimi Muncul
untuk Membedakan Kata Umum dan Kata Ilmiah
Pemunculan
sinonim antara kata umum dan istilah ditunjukan untuk memebrikan pembatasan
yang jelas atau definisi terhadap sebuah kata.Kata-kata dalam ilmu
teknik/teknologi dan ilmu kedokteran pada umumnya menghadirkan sinonimi antara
kata umum dan kata istilah. Kata umum contoh
disinonimkan secara istilah sampel.
d.
Sinonim Muncul
antara Bahasa Kekanak-kanakan dan Bahasa Orang Dewasa.
Untuk
memudahkan pemahaman munculah penyinoniman bahasa anak-anak dengan bahasa orang
dewasa. Salah satu ciri bahasa anak-anak ialah pengulangan suku kata. Misalnya papa, mama,mamam,mimi.
e.
Sinonimi Muncul
untuk Kerahasiaan
Untuk
kerahasiaan dapat saja dimunculkan kata-kata rahasia untuk instansi pengamanan
tertentu (intel), dalam profesi, antargeng, dan antar remaja.Misalnya kata bokap, nyokap, bersinonim dengan kata ayah,ibu.
f.
Sinonim Muncul
karena Kolokasi
Sinonimi
muncul karena kolokasi yang terbatas. Suara yang dikeluarkan oleh binatang
dikatakan dengan kata yang berbeda untuk merujuk “bersuara….”. Misalnya kuda meringkik, kucing mengeong. Kata indah dan cantik bahasa Indonesia
sinonimi,tetapi dibatasi kolokasinya. Kata indah
sudah dihubungkan dengan keadaan alam. Sedangkan kata cantik dihubungkan dengan
manusia perempuan (Parera,2004 : 66-67).
Menurut
Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima
cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya
sinonim. Kelima
cara yang dimaksud adalah:
1)
Seperangkat sinonim itu mungkin saja
merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena
dan rika
dalam bahasa Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan kedalam bahasa Indonesia
yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa dialek
Malang. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing kata tersebut
memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan
sebagai sinonim.
2)
Suatu kata yang semula
dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai
pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-beda. Kata bisa
dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan sinonim, dalam
konteks pemakaian Saya nanti bisa datang dan Saya nanti dapat datang tetap
pula dapat dianggap sinonom. Sewaktu berada dalam konteks pemakaian Bisa
ular itu berbahaya, kedua kata tersebut tidak dapat lagi disebut sinonim.
3)
Suatu kata, apabila
ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna
evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya karakteristik tersendiri
meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman
dengan kata lainnya. Bentuk demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan
kata ilmu dan pengetahuan, menamati, dan meneliti serta
antara mengusap dengan membelai. Apabila hal itu terjadi, maka
kata-kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata yang
berdiri sendiri-sendiri.
4)
Suatu kata yang semula
memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi dengan minuman,
kencup dengan kembang, maupun pohon dengan batang,
seringkali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masingya dianggap
memiliki kesinoniman. Hal itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata
tersebut jelas masih memiliki ciri makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian
yang tumpang tindih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.
5)
Akibat kekurangtahuan
terhadap nilai makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk
kebahasaan yang berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim, misalnya antara
bentuk kembali ke pangkuan ilahi dengan meninggalkan dunia kehidupan,
antara merencanakan dengan menginginkan, serta antara gambaran
dengan bayangan.
Cara
lain untuk membeda-bedakan kata-kata yang bersinonim adalah dengan menatanya
dalam sebuah jajaran, di mana makna dan overtone pembedaannya akan tampak
dengan kontras. Misalnya deretan kata yang berarti “keluar”, yakni :
terbit, timbul, muncul,menyembul,keluar,nonggol, lahir (Ullman, 2009 :179).
3. Faktor
Penyebab Ketidakmungkinan Menukar Sebuah Kata yang Bersinonim
Kesinoniman makna atau
kesinoniman simetris memang tidak ada dalam pembendaharaan kata bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, kata-kata yang dapat dipertukarkan begitu saja pun
jarang ada. Pada suatu tempat kita mungkin dapat menukar kata kata mati
dan kata meninggal; tetapi ditempat lain tidak dapat.
Ketidakmungkinan
kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim adalah banyak
sebabnya. Antara lain, karena ;
1. Faktor
waktu
Misalnya
hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, keduanya tidak
mudah dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno,
klasik, atau arkais. Sedangkan kata komanda hanya cocok untuk situasi masa kini
(modern).
2. Faktor
tempat atau daerah
Misalnya
kata saya dan beta adalah bersinonim. Tetapi kata beta hanya
cocok untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa Indonesia Timur (Maluku);
sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum di mana saja.
3. Faktor
sosial
Misalnya
kata aku dan saya adalah dua buah kata yang bersinonim; tetapi
kata aku hanya dapat di gunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat di
gunakan kepada orang yang lebih tua atau yang status sosialnya lebih tinggi.
4. Faktor
idang kegiatan
Misalnya
kata tasawuf, kebatinan, dan mistik adalah tiga buah kata yang
bersinonim. Namun, kata tasawuf hanya lazim dalam agama islam; kata kebatinan
untuk yang bukan islam; dan kata mistik untuk semua agama.
5. Faktor
nuansa makna
Misalnya
kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan mengintip adalah kata yang
bersinonim. Kata melihat memang bisa digunakan secara umum; tetapi kata melirik
hanya digunakan untuk menyatakan melihat dengan sudut mata; kata melotot
hanya digunakan untuk melihat dengan mata terbuka lebar; kata meninjau
hanya digunakan untuk melihat dari tempat jauh atau tempat tinggi; dan kata mengintip
hanya cocok digunaka untuk melihat dari celah yang sempit (Chaer, 2009: 86-87).
4. Perbedaan
antara Makna Sinonimi
Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi
antara kata-kata yang bersinonimi.
a.
Perbedaan Makna
Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Implikasi (Webster, dalam buku Parera,
2004:68)
Perbedan makna sinonimi dapat diakibatkan oleh
perbedaan suatu implikasi dapat dilihat
dari kata remeh dan sepele yang merujuk kepada “sesuatu yang
tidak penting”. Namun kedua kata tersebut memiliki perbedaan yaitu kata sepele yang berimplikasi positif,
sedangkan makna remeh yang
berimplikasi negatif.
b.
Perbedaan Makna
Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Aplikasi ((Webster, dalam buku Parera,
2004:68)
Perbedaan makna tersebut dapat dilihat dari perbedaan
aplikasi antara kata nikmat, enak dan
lezat. Kata nikmat dikenakan pada makanan, minuman , kehidupan, atau semua yang
dapat memberikan kesenangan. Sedangkan kata enak
dan lezat hanya dikenakan pada makanan dan minuman.
c.
Perbedaan antara
Makna Sinonimi Didasarkan pada Kelebihluasan Cakupan Makna yang Satu dari yang
Lain (Webster, dalam buku Parera, 2004:69)
Perbedaan makna tersebut dapat dilihat pada kata mengerti dan memahami. Perbedaan ini dapat diuji bahwa seseorang dapat mengerti
perkataan orang, tetapi belum tentu dia dapat memahami perkataan orang
tersebut.
d.
Perbedaan antara
Makna Sinonimi Didasarkan pada Asosiasi yang Bersifat Konotasi (Webster, dalam
buku Parera, 2004:69)
Ciri perbedaan antara dua atau lebih kata yang
bersinonimi yang didasarkan pada asosiasi konotatif terletak pada ciri konotasi
posotif dan negatif. Makna kata rekam,
merekam, rekaman, dan sadap,
menyadap, sadapan (pengambilan suara atau bunyi dengan bantuan pita dan
alat elektronik) terletak pada konotasi positif dan negatif. Rekam, merekam, rekaman bersifat positif
dan lebih netral, sedangkan sadap,
menyadap, sadapan cenderung bersifat negatif.
e.
Perbedaan antara
Sinonimi Berdasarkan Sudut Pandang (Webster, dalam buku Parera, 2004:69)
Perbedaan antara makna sinonimi sudut dan segi didasarkan
pada sudut pandang, Bentuk sudut dan segi yang dirujuk sama, tetapi bentuk
sudut dilihat dari dalam dan segi dilihat dari luar. Penyebutan segi tiga didasarkan pada pandangan dari
luar, sedangkan sudut dipandang dari
dalam. Misalnya sebuah segi tiga mempunyai tiga
sudut.
Di
dalam beberapa buku pelajaran bahasa sering dikatakan bahwa sinonim adalah
persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan ini jelas kurang
tepat sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonimpun bukan hanya
kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan bahasa
lainnya. Perhatika contoh berikut!
a.
Sinonim antara morfem
(bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia dengan nya,
antara saya dengan ku dalam kalimat
1. Minta
bantuan dia
Minta
bantuannya
2. Bukan
teman saya
Bukan
temanku
b.
Sinonim antara kata
dengan kata seperti antara mati dengan meninggal; antara buruk
dengan jelek; antara bunga dengan puspa, dan sebagainya.
c.
Sinonim antara kata
dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara meninggal dengan tutup
usia; antara hamil dengan duduk perut; antara pencuri
dengan tamu yang tidak diundang; antara tidak boleh tidak dengan harus.
d.
Sinonim antara frase
dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua; antara meninggal
dunia dengan berpulang ke rahmatullah; antara mobil baru
dengan mobil yang baru. Malah juga antara baju hangat dengan baju
dingin.
e.
Sinonim antara kalimat
dengan kalimat. Seperti adik menendang bola dengan Bola ditendang
adik. Kedua kalimat ini pun dianggap bersinonim, meskipun yang pertama
kalimat aktif dan yang kedua kalimat pasif (Chaer,2009 : 87-88).
Akhirnya,
mengenai sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tidak semua
kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras, salju,
batu, dan kuning, tidak mempunyai sinonim. Kedua, ada kata-kata yang bersinonim
pada bentuk dasar tetapi tidak dalam bentuk jadian. Misalnya kata benar dengan
kata betul, tatapi kata kebenaran tidak bersinonim dengan kata kebetulan.
Ketiga, ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada entuk dasar tetapi
memiliki sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai
sinonim tetapi kata menjemur ada sinonimnya, yaitu mengeringkan; dan berjemur
bersinonim dengan panas. Keempat, ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya”
tidak mempunyai sinonim, tetapi dalam, arti “kiasan” justu mempunyai sinonim.
Misalnya kata hitam dalam makna “sebenarnya” tidak ada sinonimnya, tapi dalam
arti “kiasan” ada sinonimnya, yaitu gelap, mesum, buruk, jahat, dan tidak
menentu (Chaer, 2009: 88).
C.
KESIMPULAN
Sering
dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya
bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar,2010 : 394). Munculnya sinonimi disebabkan
oleh beberapa hal yaitu sinonimi muncul antara kata asli dan kata
serapan,sinonimi muncul antara bahasa umum dan dialek,sinonimi muncul untuk
membedakan kata umum dan kata ilmiah,sinonim muncul antara bahasa
kekanak-kanakan dan bahasa orang dewasa., sinonimi muncul untuk kerahasiaan,
sinonim muncul karena kolokasi (Parera,2004 : 66-67).
Menurut
Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima
cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud
adalah: (1) Seperangkat sinonim itu mungkin saja
merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda, (2) Suatu kata yang semula
dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai
pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-beda,(3) Suatu kata, apabila
ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna
evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya karakteristik tersendiri
meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman
dengan kata lainnya,(4) Suatu
kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi
dengan minuman, kencup dengan kembang, maupun pohon
dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang tindih karena
masing-masingya dianggap memiliki kesinoniman,(5) Akibat kekurangtahuan terhadap nilai
makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk kebahasaan yang
berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim.
Ketidakmungkinan
kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim adalah banyak
sebabnya. Antara lain, karena faktor
waktu,faktor tempat atau daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor
nuansa makna (Chaer, 2009: 86-87). Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi antara
kata-kata yang bersinonimi yaitu Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh
Perbedaan Implikasi , Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan
Aplikasi , Perbedaan antara Makna Sinonimi Didasarkan pada Kelebihluasan
Cakupan Makna yang Satu dari yang Lain, Perbedaan antara Makna Sinonimi
Didasarkan pada Asosiasi yang Bersifat Konotasi , dan Perbedaan antara Sinonimi
Berdasarkan Sudut Pandang (Webster, dalam buku Parera, 2004 :68-69).
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin.1985. Semantik.Bandung
: Sinar Baru Algensindo
Chaer,Abdul.2009.Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta
Parera,J.D.2004.Teori
Semantik.Jakarta:Erlangga
Pateda,Mansoer.2010.Semantik Leksikal.Jakarta:Rineka Cipta
Tarigan,Henri Guntur.1993.Pengajaran Semantik.Bandung:Angkasa
Ullman, Stephen.2009.Pengantar Semantik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Verhaar,J.W.M.2010.Asas-Asas
Linguistik Umum.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press