Sunday, January 20, 2013

Perbedaan puisi angkatan ’70-’80 dengan puisi angkatan 2000, beserta contohnya



No
Ciri-Ciri Puisi Angkatan ’70-‘80
Ciri-Ciri Puisi Angkatan 2000
1
Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
Contoh:
Senjakala Gunung Merapi

Samar sudah mengatup batas senja
Malam bagai gadis mengurai rambutnya
Hitam : mencipta bayang-bayang dibalik bulan
Berlindung aman kelam, kabut bersidekap dahan

Menanjaklah jalan ini, langkah ku ayun jua
Gerimis jatuh di belahan tanah utara
Dikampung, kata orang, rumah terakhir
Mendesak segera, dihatimu, membujuk hadir.

Bukan, bukan salju turun disana
Dipuncak : lahar melelehkan duka
Senyap menyelimuti kabut, tanpa sapa
Sebelum beku lereng-lereng gunung terlupa

Kusilang ngungun, hari membilang tahun
ditelapak menyidem : angan bergantung
“selamat malam”, kelengangan panjang
Pijar tatit sekejap, tabir tersingkap, hilang….

       (Langit Kelabu, 1980)

Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari
Contoh :
Legenda

Joko tarub tidak menemukan gaun para dewi
Dari balik kaca ray-ban ia bahkan
Tak bisa lihat pelangi
Sedang dari atas baby-ben sangkuriang jatuh cinta pada mariem belina
Dan raja-raja mencari nyai suzzana

Zaman telah lalu
Tapi kini dan lampau hanya waktu

(angkatan 2000,2001)


2
Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal, tipografi di eksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsense dipergunakan dan diberi makna baru.
Contoh:
Aroma Maut

Berapa jarak antara hidup dan mati, sayangku
Barang kali satu denyut lepas, o, satu denyut lepas
Tepat saat tak jelas terbatas-batas, sayangku
Segalanya terhempas, o, segalanya terhempas !

(laut masih berombak, gelombangnya entah kemana-mana
Angin masih kembali nberhembus, topannya entah keman,
Bumi masih beredar, getarnya sampai kemana ?
Semesta masih belantara, sunyi sendiri, keman ?)

Berapakah jarak antara hidup dan mati, sayangku ?
Barang kali hilir mudik di suatu titik
Tumpang – tindih merintih dalam satu nadi, sayangku :
Sampai tetes embun pun selesai, tak menetik !


(gelombang lain datang begitu lain.
Topan lain datang begitu lain.
Getar lain datang begitu lain.
Sunyi lain begitu datang sendiri tak bisa lain !)
                                    (Wajah kita,1981)


Selaras dengan bentuk tipografi baru,banyak diciptakan puisi dengan corak bait baru atau “nirbait” (tidak menggunakan system pembuatan bait-bait)
Contoh:
Wahai Hati

Wahai diri yang memasung hati
Kulihat ketidak benaran itu
Apakah aku harus diam?

Wahai diri yang memasung hati
Kulihat banyak kebohongan disana
Apakah aku harus bersabar?

Wahai diri yang sudah terpasung hatinya
Mengapa kau tak melihat kebohongan itu?
Mengapa kau tutupi ketidakbenaran itu?
Mengapa kau tutup mata dan menulikan telingamu?
Akankan kau korbankan mereka yang lain
Demi diri yang sudah terpasung hati

Menutup matamu akan kebohongan?
Mematikan hatimu menutupi kebenaran?
Akankah kau matikan lentera hatimu
Demi diri yang sudah terpasung hati

Wahai penggenggam semua hati
Kau tahu..apa yang bergolak dihati ini
Ku tak mampu..membuka kebohongan
Dengan dirinya yang sudah terpasung hati

Wahai penggenggam semua hati
Biarlah hatiku saja yang terlepas dari pasungannya
Biarlah kediaman ini..menjadi penyelamat diri dan hati ini
Karena ku tak mampu..melepaskan pasung
Pada diri yang sudah terpasung hatinya

(2005)
3
Puisi-puisi imajisme banyak ditulis, dalam puisi imajis banyak digunakan khiasan, alegari, ataupun parable.
Contoh:
Sajak Sikat Gigi

Seorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimipi
Ada sikat gigi mengosok-gosok mulutnya supaya terbuka.

Ketika ia bangun pagi hari
Siskat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(1974)



Penggunaan estetika baru yang disebut “antromorfisme” (gaya bahsa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda)
Contoh:

Hati
Semua sisi telah kau pakai uuntuk kau sakiti
Kalau kau datang lagi
Aku tak  apa
Yang aku Tanya
Dari sebelah mana lagi kau akan melubanginya

(2011)
4
Banyak kata-kata tabu yang digunakan baik dalam konteks puisi main-main, puisi protes, puisi pamflet, maupun puisi konkret 
Contoh :
Biarin

Kamu bilang hidup ini brengsek.Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini nggak punya arti.  Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya kepribadian.Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian.aku bilang biarin

Habisnya,terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu
Tak uah marah, aku tahu kamu orangnya sederhana
Cuma karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu

Kamu bilang aku bajingan.aku bilang biarin
Kamu bilang aku perampok.Aku bilang biarin

Soalnya kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, lonthe?
Aku laki-laki.Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu
Aku rampok hati kamu.Toh nggak ada yang perampok di dunia ini. Iya nggak> kalau nggak peryaca Tanya saja pada polisi

Habisnya, kalau nggak bilang begitu mau apa coba
Bunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalan seperti kamu sehari sekarang ini

Kamu bilang itu melelahkan.Aku bilang biarin
Kamu bulang itu menyakitkan

(Sajak Sikat gigi, 1974)
Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam, rumput atu daun-daun

Contoh:
di taman zikir, taman doa, taman nafasku
di tengah perempuan-perempuan cahaya
aku menjaga dengan airmata
nyala masa yang tersisa
demi hasrat abadi itu

biarkan, Kekasih
kupenuhiku denganMu
berharap jadi mawarMu
jadi lautMu
tanpa kenal kata "sampai ajal"

sungguh,
telah Kau fanakan diriku, Kekasih
tapi tidak cintaku padaMu
sebab di taman zikir, taman doa
taman nafasku
cinta kita, Kekasih
adalah baqa

(2000)
5
Banyak ditulis puisi lugu yang mempergunakan ungkapan gagasan secara polos dengan kata-kata serebral dan kalimat biasa yang polos.
Contoh:
Sajak Sikat Gigi

Seorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimipi
Ada sikat gigi mengosok-gosok mulutnya supaya terbuka.

Ketika ia bangun pagi hari
Siskat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(1974)

Kritik sosial juga masih muncul dengan lebih keras karena kekuasaan orde baru dan ketidakmenentuan situasi di tahun 2000-an
Contoh :

Rumah Istimewa

Rumah ini berwarna hitam
Tanpa pintu, tanpa jendela, dan tanpa kaca
Alasnyapun tak lebih tebal dari selembar kertas basah
Ruangan ini begitu besar, hingga ku tak mampu melihat batas dan sudut ruang
Di sini ku bisa meraih bintang,
Menghitungnya dengan jemariku
Meskipun aku tak pernah tahu berapa banyak bintang yang telah ku hitung
Aku selalu tidur bersama bulan dan bintang
Lalu ku bermimpi mereka kan membawaku pergi ke peraduannya
Terkadang aku juuga bermimpi tidur di kasur yang empuk seperti mereka  yang kaya akan uang hasil korupsian
Juga bermimpi makan daging, ikan, dan roti  seperti penguasa negeri yang tak pernah henti memakan hak rakyat
Tapi tidur bersama bintang tak membuat Tuhan murka terhadapku
Tidur bersanding bulan juga tak membuat Tuhan memusuhiku
Tidur beralas tanah juga tak kan membuat diriku yang hina dimata kaum besar menjadi hina di mata Tuhan
(2012)


No comments:

Post a Comment