Sunday, January 20, 2013

Perbedaan ciri puisi angkatan pujangga baru dengan puisi angkatan ’45, beserta contohnya



No
Ciri-Ciri Angakatan Pujagga Baru
Ciri-Ciri Puisi Angkatan ‘45
1
Pada angkatan ini para pencipta puisi berusaha melepaskan ikatan-ikatan puisi lama meskipun ikatan tersebut masih nampak pada puisi angkatan ini. Namun ikatan tersebut lebih bersifat longgar jika dibandingkan dengan ikatan pada puisi lama.
Contoh :
Berdiri Aku

Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju
( Amir Hamzah

Pada puisi-puisi angkatan ini bahasa yang diciptakan oleh penyair benar-benar bahasa Indonesia yang baru, yang terlepas dari ciri-ciri bahasa Indonesia lama yang didominasi oleh bahasa melayu dan dipengaruhi oleh bahasa Belanda.
Contoh :
Aku

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannyaterbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Kerikil Tajam, 1946)

2
Unsur bunyi (rima) masih sangat kuat dipertahankan dan masih terikat oleh pembagian bait,baris,dan persajakan
Contoh:
Dibawa Gelombang

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang,tidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu

Jauh diatas bintang kemilau
Seperti sudah berabad-abad
Dengan damai mereka meninjau
Kahidupan bumi,yang kecil amat

Aku bernyanyi dengan suara
Seperti bisikan angin di daun
Suaraku hilang dalam udara
Dalam laut yang beralun-alun

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawangtidak berkawan
Entah kemana aku tak tahu



Puisi angkatan ’45 lebih bebas karena tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan
Contoh :
Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang,rumah tua,pada cerita
Tiang serta temali.Kapal,perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mu berpaut

Gerimis mempercepat kelam.Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi.Aku sendiri.Berjalan
Menyisir semenanjung,masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
3
Gaya ekspresi aliran romantic  nampak dalam pengucapan perasaan, pelukisan alam yang indah tentram damai, dan keindahan lainnya.
Contoh :
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas


Banyak melukiskan kehidupan batin manusia melalui peneropongan batinnya sendiri dan mengemukakan masalah kemanusiaan  umum, yang berhubungan dengan hak-hak asasi dan persamaan derajat manusia.
Contoh:
Yang Terhempas Yang Putus

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuinginkan
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di karet, di Karet (daerahku y.a.d0 sampai juga deru angin

Aku berbenah dalam kamar,dalam diriku juga kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padaku
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri,cerita dann peristiwa berlalu beku
4
Kiasan yang banyak digunakan adalah gaya bahasa perbandingan
Contoh :
Dengan apakah ku bandingkan pertemuan kita,kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada  masa purnama meningkat naik,setelah menghalaukan panas payah terik.

Gaya bahasa metafora dan simbolik banyak dipergunakan, kata-kata, frasa, dan kalimat bermakna ganda menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah ,air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.Berjalan
Menyisir semenanjung,masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

5
Gaya puisinya diafan dan polos, sangat jelas, dan lambang-lambangnya yang umum digunakan.
Contoh :
Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang
hari mudaku sudah pergi
sekarang petang datang membayang
batang usiaku sudah tinggi

aku lalai di hari pagi
beta lengah di masa muda
kini hidup meracun hati
miskin ilmu miskin harta
menyesal tua tiada berguna
hanya menambah luka sukma

kepada yang muda kuharapkan
atur barisan di hari pagi
menuju kea rah padang bakti



Gaya ironi dan sinisme banyak dijumpai dalam puisi-puisi periode ini
Contoh:

Derai-Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
di pukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

6
Bentuk atau struktur puisinya mengikuti bentuk atau struktur puisi baru
Contoh:
Berdiri Aku

Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju
( Amir Hamzah

Puisi-puisi angkatan ’45 lebih mementingkan isi daripada bentuk.
Contoh:

Aku

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannyaterbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Kerikil Tajam, 1946)

7
Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah-indah
Contoh:

Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua,mana mutiara
Jauhari lalai menilai
Lengah langsungmelewat abad

Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serupa Musa di puncak tursina
Bahasanya lebih demokratis
Contoh:

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah


No comments:

Post a Comment