Sunday, January 20, 2013

Perbedaan ciri-ciri puisi angkatan ’45 dengan puisi angkatan pada masa Jepang, beserta contohnya



No
Ciri-Ciri Angakatan ‘45
Ciri-Ciri Puisi Angkatan Pada Masa Jepang
1
Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas arti
Contoh:
Aku

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannyaterbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Kerikil Tajam, 1946)
Pada angkatan ini puisinya bersifat revolusioner / berapi-api penuh semangat
Contoh:
Kita Berjuang

Sebagai dendang menyapu kalbu
Bangkit hasrat damba nan larang
Ingin ke medan ridlah menyerbu
“Beserta saudara turut berjuang!”
(Jasin, 1948:45)


2
Gaya pernyataan pikiran berkembang, dan hal ini kelak berkembang menjadi sloganis
Contoh:

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah


Gaya slogan yang dikenal pada periode ’45, berkembang dengan pesat. Puisi romantik banyak diciptakan, pengaruh F.G Lorca begitu kuat.
Contoh:
Tanah Kelahiran

Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pina
Tambang menggema di dua kaki
Burangrang-Tangkubanprahu

Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di airtipis menurun
Membeli tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya ke pewayangan

Jamrut di pucuk,
Jamrut di hati gadis menurun
(Ramadhan K.H., 1955)
3
Banyak dikemukakan permasalahan kemasyarakatan.
Contoh:
Derai-Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
di pukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah



Masalah-masalah sosial banyak dimunculkan
Contoh:
Tanah Kelahiran 6

Seruling berkawan patung
Tangisan derita orang priangan
Selendang merah darah
Menurun di cikapundung
Bandung dasar di danau
Lari tertumbuk bukit-bukit
Seruling menyendiri di tepi-tepi
Tangiskan keris hilang di sumur
Melati putih,putih hati
Hilang kekasih dikata gugur

Bandung, dasar di danau
Derita memantul di kulit-kulit

1958
4
Banyak melukiskan kehidupan batin manusia melalui peneropongan batinnya sendiri dan mengemukakan masalah kemanusiaan  umum, yang berhubungan dengan hak-hak asasi dan persamaan derajat manusia.
Contoh :
Yang Terhempas Yang Putus

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuinginkan
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di karet, di Karet (daerahku y.a.d0 sampai juga deru angin

Aku berbenah dalam kamar,dalam diriku juga kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padaku
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri,cerita dann peristiwa berlalu beku

Banyak puisi yang bercorak romantik dan kedaerahan
Contoh :

Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah
Wahai, dik Narti
Aku cinta kepadamu!

Kutulis surat ini
Kala langit menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan dalam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
Mengibaskan ekor
Serta mengeetarkan bulu-bulunya
Wahai, dik Narti
Kupinang kau menjadi istriku
5
Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionalisme dan realisme.
Contoh :
Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah ,air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri.Berjalan
Menyisir semenanjung,masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


Para penyair banyak yang menulis puisi dengan gaya bercerita (balada) .
Contoh:
Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang

Tuhanku
Wajah-mu membayang di kota terbakar
Dari firman-Mu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebarkan di bumi subur ini
Terapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Semprnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi berbicara
Waktu itu, Tuhanku
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenakanlah aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan nafasku
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan

Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah
Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai mendekap bumi yang menghianati-Mu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapangku
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenankanlah aku menusukan sungkurku
(Balada orang-orang Tercinta,1957)









No comments:

Post a Comment